Senin, 26 Agustus 2013

Tujuan dan jenis-jenis ekskavasi meliputi:

Tujuan dan jenis-jenis ekskavasi meliputi:

a. Ekskavasi penyelamatan (Rescue excavation)

Yaitu ekskavasi yang dilakukan untuk menyelamatkan data arkeologi sebelum
terjadi peristiwa yang akan mengakibatkan kerusakan data tersebut beserta
konteks dan situsnya. Peristiwa-peristiwa yang dimaksud di antaranya
penggenangan waduk, pembuatan jalan, pembangunan di bidang industri, dan
pengembangan kawasan pemukiman. Dengan demikian, ekskavasi ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi data dan situs arkeologi,
sebagai bahan pertimbangan tentang aspek penyelamatannya. Tujuan seperti ini
biasanya mendasari kegiatan penyelamatan dan pemugaran suatu monumen yang
indikasi awalnya sudah diketahui, baik melalui penemuan tidak sengaja maupun
sengaja, yang kemudian terancam punah.

b. Ekskavasi penelitian (Research excavation)

Tujuan pokoknya untuk mengumpulkan data dalam rangka pemecahan sesuatu
masalah atau meneliti salah satu aspek kehidupan manusia masa lampau. Secara
lebih rinci, jenis ekskavasi ini dapat dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu:
• Untuk memperoleh data baru tentang suatu situs atau lokasi yang diduga
sebagai situs arkeologi, baik yang belum pernah maupun pernah diteliti
sebelumnya. Tujuan seperti ini umumnya bersifat penjajakan dan didasari
kerangka penalaran induktif.
• Untuk menemukan data dalam rangka pengujian suatu hipotesis. Tujuan
seperti ini didasari penalaran yang bersifat deduktif.

c. Ekskavasi percobaan (Trial excavation)

Tujuan utamanya untuk memperoleh keyakinan apakah suatu situs layak untuk
digali, atau untuk menemukan batas sebaran fenomena arkeologis di suatu wilayah
yang luas. Jenis ekskavasi ini dapat dilakukan baik di lokasi yang mengandung
ataupun tidak mengandung indikasi permukaan.

d. Ekskavasi pelatihan (Training excavation)

Tujuan ekskavasi ini untuk memberikan pengalaman ketrampilan dalam hal metode
dan teknik ekskavasi. Oleh karena sifatnya latihan maka lahan untuk ekskavasi
tidak harus berupa situs arkeologi. Pada kenyataannya ekskavasi pelatihan
9
seringkali dilaksanakan bersamaan dengan ekskavasi penyelamatan dan ekskavasi
penelitian di lokasi yang benar-benar merupakan situs arkeologi.

Berdasarkan orientasi keruangan atau sasaran dimensi dalam formasi situs, ekskavasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Ekskavasi secara vertikal (Penetrating excavation)

Tujuan pokoknya adalah untuk mengetahui kedalaman, urutan, dan komposisi
tinggalan arkeologis secara vertikal. Dimensi yang ingin diketahui lebih mengarah
ke dimensi waktu (temporal) untuk merunut deposisi masing-masing objek secara
kronologis tanpa mengesampingkan aspek transformasinya.
Salah satu contoh dari ekskavasi ini adalah pembuatan test pit. Test pit merupakan
ekskavasi yang bersifat satu dimensi saja yaitu kedalaman. Tujuan diadakannya
test pit adalah untuk memperoleh sampel data dan untuk mendapatkan gambaran
(cross-section) aspek deposisional di suatu situs. Test pit biasanya merupakan
kotak yang pertama digali sebelum pelaksanaan ekskavasi di dalam lingkungan
situs.

b. Ekskavasi secara horisontal (Clearing excavation)


Tujuan pokoknya adalah untuk mengetahui denah, perluasan horisontal, dan
susunan atau pola deposit tinggalan arkeologis. Penekanannya adalah "tracing
continuities of single surface or deposits". Dengan demikian, ekskavasi ini lebih
banyak berhubungan dengan dimensi ruang (space).